Cerita Dari Negeri Jiran: Bermalam di Bawah Pohon Kelapa Sawit

Website Instan

Oleh Muhsin Ali Rizky *)

Namanya Adi .Dia adalah salah seorang dari ratusan ribu bajang sasak yang lebih memilih menjadi TKI di Malaysia daripada berwirausaha di gumi paer. Dia datang ke Malaysia menggunakan visa pelancong (tourist) bukan visa kerja (work permit). Visa pelancong ini hanya berlaku untuk 1 bulan saja, jika lebih dari itu maka status pemegangnya menjadi illegal.

Adi bekerja sebagai pemotong (menyabit dan menombak) buah kelapa sawit di kebun pribadi (milik per orangan bukan milik perusahaan ) yang luasnya sekitar 50 hektar bersama dengan amak Ati, lelaki paruh baya yang dia kenal di masjid saat jum’at an 3 bulan yang lalu .

Sebelumnya Amak Ati bekerja di tempat lain, namun karena sewaktu bekerja di tempat itu Amak Ati selalu di tipu oleh mandornya yang tidak lain adalah anak dasannya sendiri. Si mandor selalu menggelapkan hasil kerja Amak Ati yang buta hurup, jika 1harinya Amak Ati memotong 3 ton buah sawit, si mandor akan bilang jumlahnya hanya 1-2 ton yang lain entah di kemanain (ada tki yang menjual sendiri buah sawit majikannya, mereka kerja sama dengan sopir truck yang mengangkut buah sawit itu) hingga walaupun sudah hampir 1 tahun Amak Ati bekerja di tempat itu, dia tidak pernah bisa kirim uang karena gajinya pas-pas an untuk bayar permit dan makan saja.

Akhirnya sewaktu dia bertemu dengan Adi yang kebetulan membutuhkan orang untuk bekerja dengannya, Amak Ati pun memutuskan untuk pindah kerja. Kata amak Ati biarpun harus menjadi TKI ILEGAL asalkan bisa kirim uang untuk biaya sekolah anak-anaknya.

Malam itu sewaktu mereka sedang duduk-duduk sambil ngopi di kongsi (pondok/gubuk) mereka yang berdinding dan beratapkan terpal lusuh dari arah jalan raya terlihat ada mobil yang menuju kongsi itu, spontan mereka bangun dan memerhatikan mobil itu.

“malam-malambegini siapa yang datang ya amak…?”
“mungkin tauke (majikan) yang mau berburu babi hutan Di…”
“tapi amak…biasanya kalau tauke mau datang …dia akan beritahu kita “

Sementara mobil itupun semakin dekat dan setelah jarak mereka dengan mobil itu kurang dari 20 meter barulah Adi tahu bahwa mobil itu adalah landcruiser yang di sampingnya ada tulisan POLIS. Tidak semena-mena Adipun segera menarik tangan Amak ati dan mengajaknya berlari

“amak…..lari…itu polisi”

mereka pun berlari menuju hutan di ujung kebun sawit itu, sementara mobil itu tidak bisa lagi mengejar karena mobil hanya bisa sampai di kongsi itu. Polisi itupun turun dari mobilnya dan berteriak sambil melepaskan tembakan “woi …wak jangan lari……….!!!!!!!!!!!!” Dduorr….duorrrrrrrrrr…….. yang tentu saja membuat Adi dan Amak Ati semakin kencang berlari dalam gelap, tanpa alas kaki menerobos hutan. Setelah mereka merasa cukup jauh, merekapun berhenti, dengan nafas yang masih ngos-ngosan, mereka berusaha menenangkan diri.

“ta tadi itu suara letusan apa Di….?”
“itu tadi kita di tembak amak…. untung aja kita tidak kena, kalau tidak ..kita hanya akan tinggal nama ”
“oo…begitu ea nak,,”
dan polisi yang kesal itu berteriak lagi
“wooi..wak keluar2 !!!!! jaga ko orang ya. dapat je aku tangkap ..aku pijak ko orang ”
Amak ati yang tidak berapa faham perkataan polis itu bertanya kepada Adi

“apa kata polisi itu nak….?”
“mereka bilang …kalau mereka berehasil menangkap kita…kita akan di injak-injak nya”
“tlen inak n jari polis kurang ajar betul.., inak amakku aja yang melahirkan dan membesarkanku tidak pernah memukulku” kata Amak ati emosi.
“sabar amak …namanya juga kita salah …karena tidak punya dokumen ”
“salah sih salah Di.. tapi masa harus di injak-injak segala. he…coba aja di lombok ada orang yang berani bicara seperti itu, langsung ku gorok dia. Belum tahu apa, nih pasak lombok “kata amak Ati menepuk-nepuk dadanya

“amak…amak tidak mau di tangkap kan..?entar kalau amak di tangkap …siapa yang mau biayain anak amak yang kuliah di UNRAM itu ?” mendengar kata-kata itu emosi amak Atipun mereda.

30menit kemudian terdengar mobil polisi itu bergerak meninggalkan kongsi mereka menuju jalan raya, setelah Adi dan Amak ati merasa aman karena polisinya telah pergi, barulah mereka keluar dari hutan, tapi tidak berani ke kongsi karena takut kalau polisnya datang lagi, mereka hanya sampai di pohon sawit di perbatasan antara kebun dengan hutan dan mereka memutuskan malam itu akan tidur di bawah pohon sawit supaya jika polisinya datang lagi mereka bisa dengan cepat menyelamatkan diri ke dalam hutan. Begitulah mereka lewati malam yang dingin itu
tidur beralaskan daun sawit secara begiliran. Dan untuk malam-malam selanjutnya mereka tidur di tempat persembunyian mereka di dalam hutan.

Demikianlah di antara kisah-kisahku dan semeton jari TKI, yang katanya mendapatkan gelar “pahlawan”, gelar yang sangatlah mulia, tanpa kami tahu manfaat dari gelar itu, hak-hak kami sebagai WNI, bahkan sebagai manusia tidak mereka pedulikan………..

jika ada persamaan nama mohon maaf sebesar-besarnya

*) tinggal di Johor Bahru Malaysia

SimpleWordPress

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here