LAPORAN KEGIATAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU KOMUNITAS SASAK

Website Instan
LAPORAN KEGIATAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU KOMUNITAS SASAK

Oleh: M Roil Bilad

1. Latar Belakang
Pada bulan desember 2008 berbarengan dengan peringatan 50 tahun provinsi NTB, pemerintah mencanangkan program unggulan Bumi Sejuta Sapi, yang bertujuan untuk memaksimalkan potensi NTB untuk pengembangan sapi. Saat ini populasi sapi di NTB sekitar 520.000 ekor. Dalam tiga sampai empat  tahun mendatang, ditargetkan bisa mencapai satu juta ekor untuk memenuhi kebutuhan domestik menuju swasembada daging nasional.

Populasi sapi yang sangat besar ini merupakan potensi besar untuk mengatasi krisis energi yang saat ini dihadapi. Kelangkaan bahan bakar gas/minyak tanah untuk memasak, isu pencabutan subsidi secara bertahap, dan lain-lain. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan baku untuk produksi biogas  sebagai tindak lanjut program pemerintah provinsi dalam meningkatkan daya dukung energi (kelistrikan) bersumber dari renewable energy (energi baru terbarukan). Teknologi ini dapat juga dimanfaatkan untuk implementasi program desa mandiri energi pemerintah pusat.
Selain itu, sebagai produk samping dari instalasi biodigester adalah pupuk kompos. Kompos yang dihasilkan juga memiliki kualitas yang sangat bagus karena kotoran ternak tersebut telah mengalami proses penguraian anaerobic di dalam biodigester selama 30-60 hari. Terurainya komponen-komponen organic, produk metabolit dari mikroorganisme, dan pecahan dari komponen-komponen sel baik yang mati maupun yang hidup merupakan sumber nutrisi yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. Agar mendapatakan manfaat yang maksimal, maka perlu dibuat strategi implementasi terpadu antara pertanian dan peternakan (sistem pertanian terpadu).
Ilustrasi mengenai sistem pertanian terpadu yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 1. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, pada sistem pertanian terpadu kotoran sapi diolah menjadi biogas didalam biodigester. Gas yang dihasilkan digunakan untuk sebagai bahan bakar generator listrik biogas dan sisanya digunakan untuk memasak. Keluaran dari biodigester berupa lumpur atau slurry ditampung pada bak pengomposan lanjut. Bak pengumposan lanjut ini selain berfungsi untuk fermentasi slurry juga berfungsi untuk memisahkan air dari kotoran ternak sehingga dihasilkan kompos berupa padatan. Kompos yang dihasilkan di kumpulkan dan pada saat musim penanaman padi atau palawija digunakan sebagai pupuk kompos. Pada saat panen, jerami atau hijauan lain tidak dibakar namun di awetkan sebagai pakan ternak pada saat krisis pakan ternak terjadi.
 

2. Rencana Kegiatan
Karena keterbatasan waktu, sumber daya, dan dana, maka cakupan kegiatan dibatasi menjadi beberapa kegiatan berikut:
1.    Pemilihan lokasi tempat percontohan (tenan)
2.    Sosialisasi dan pelatihan SPT kepada tenan dan pembentukan panitia kerja
3.    Pembangunan digester biogas, penampung gas dan kompor biogas
4.    Pelatihan dan pendampingan untuk pengoperasian harian
5.    Sosialisasi teknologi hyper kompos
6.    Pertanian organik dengan kompos biodigester
7.    Pengembangan dan percobaan pemurnian biogas dan generator listrik bahan bakar biogas
8.    Sosialisasi kegiatan

3. Pelaksanaan Kegiatan
3.1 Tempat
Kegiatan instalasi biodigester baru dilaksanakan di Dusun Bunmundrak, Desa Sukarare, Kec. Jonggat, Kab Lombok Tengah. Alasan utama pemilihan lokasi karena di dusun tersebut sudah ada kelompok tani-ternak yang sudah sekian lama mendambakan adanya instalasi biogas. Instalasi biogas yang dibangun oleh pemerintah sejak Oktober 2008 sampai laporan ini dibuat belum bisa beroperasi. Selain itu, sebelumnya instalasi biodigester super sederhana pernah dibangun di desa tersebut sehingga sudah ada SDM yang mengerti dan siap untuk digerakkan.


Selain itu untuk pengembangan pemisahan gas dan generator listrik biogas dilakukan di Dusun Buncalang, Desa Sukarare, Kec. Jonggat, Kab Lombok Tengah. Alasan pemilihan tempat ini karena disana sudah terdapat instalasi biogas bantuan pemerintah yang dibangun oleh tim dari Universitas Brawijaya-Malang. Biogas tersebut juga dilengkapi dengan generator listrik yang meskipun performanya sangat buruk, tapi bisa dijadikan acuan untuk rencana pengembangan yang dilakukan. Panitia kerja Ks for SPT kenal dengan baik masyarakat di tempat tersebut sehingga memudahkan komunikasi dan kerja sama.

 

3.2 Waktu
Kegiatan dilaksanakan sepanjang bulan Januari-awal Februari 2009, dan secara teknis masih berlanjut sampai laporan ini dibuat.

3.3 Inisiasi Kegiatan dan Panitia Pelaksana:
Sebelum melaksanakan kegiatan Panitia melakukan perkenalan dan inisiasi kepada anggota kelompok tani-ternak sumber rejeki melalui ketua kelompok Bapak Mertah. Kegiatan ini disambut dengan antusiasme yang sangat luar biasa dari kelompok tani ternak tersebut.
Panitia pelaksana KS for SPT sebagai berikut:
•    M. Roil Bilad
•    Muhammad Isnan Abdillah
•    Makbul Hidayat
•    Le Wharid Rahmana
•    Dan banyak lagi masyarakat yang yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu.
Panitia KS for SPT ini selanjutnya menamakan diri sebagai Kelompok pengembangan petani ternak Mandalika Enviro Green untuk memudahkan komunikasi kepada pihak luar terutama untuk bias melakukan sosialisasi pada pemerintah provinsi NTB.

3.4 Instalasi biodigester
Komponen-komponen dari instalasi biodigester dirangkum dalam Tabel 1.

Plastik merupakan material konstruksi  yang paling banyak dikembangkan saat ini. Penggunaan plastik sebagai material konstruksi sangat direkomendasikan dan  menguntungkan terutama karena sederhana, mudah diinstalasi dan di perbanyak karena bersifat modular, dan mudah dioperasikan dengan harga yang sangat murah dibandingkan menggunakan drum atau beton. Plastik juga tahan lama dengan usia pakai dapat mencapai 5-10 tahun. Instalasi total dilakukan selama satu minggu. Hal ini dikarenakan terbatasnya jumlah tenaga yang terlibat terutama saat pembuatan penyangga biogas. Jika jumlah tenaga kerja memadai sebenarnya instalasi bisa dilakukan hanya 2-3 hari saja. Skema dari biodigester yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 5. Proses instalasi biodigester dapat dilihat pada Gambar 6.

Berdasarkan skema pada Gambar 1, biogas yang dihasilkan sudah bebas asam sulfida, kandungan air minimum karena ada proses pelucutan, dan aman dari potensi over pressure karena dilengkapi dengan katup pengaman. Biogas yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk keperluan memasak atau sebagai bahan bakar generator listrik biogas.

 

Begitu proses instalasi selesai, peternak di dilatih untuk melakukan rutinitas pengumpanan sehari hari. Biogas mulai dioperasikan sehari setelah seluruh proses instalasi selesai. Biodigester hanya diumpankan dari kotoran 3 sapi, padahal desainnya untuk 5-8 sapi karena jumlah sapi yang ada di kandang sebelah biodigester hanya 3 ekor saja. Pada minggu kedua Februari 2009, biogas sudah mulai diproduksi setelah 2 minggu pengoperasian. Biogas langsung digunakan untuk memasak dan kadang-kadang juga digunakan untuk bah
an bakar generator listrik ketika terjadi pemadaman listrik PLN. Karena keterbatasan dana, pembangaunan  reaktor hiperkompos untuk fermentasi lanjut kompos keluaran biogas hingga saat ini belum bisa direalisasikan. Namun demikian untuk pertanian organik, pupuk kompos dibuat dengan menggunakan tumpukan kotoran ternak yang bertahun-tahun telah ditimbun dan telah mengalami pengomposan.

3.5 Pengembangan Pemurnian biogas dan generator listrik biogas
Selama ini pemakaian biogas hanya terbatas untuk memasak. Padahal biogas juga bisa digunakan untuk pengganti bahan bakar bensin atau solar sebagai bahan bakar generator biogas. Hal itu dilakukan dengan melakukan modifikasi komponen dan menambahkan beberapa komponen baru dari generator biogas komersial yang tersedia di pasaran. Selain itu, untuk mengatasi potensi permasalahan yang timbul akibat adanya gas H2S yang bersifat sangat bau, beracun dan korosif sehingga dapat merusak mesin, dikembangkan teknologi adsorbsi  H2S. Dengan demikian tidak ada lagi bau yang mengganggu, bahaya yang mengancam dan kondisi mesin terjaga dari potensi korosi oleh gas tersebut.
 

Setelah melakukan berbagai alternatif modifikasi, panitia berhasil mengembangkan teknologi pembangkit listrik biogas. Hal ini dilakukan dengan memodifikasi genset listrik komersial 4 tak berbahan bakar bensin menjadi generator listrik biogas hibrid dengan bahan bakar biogas dan/atau bensin. Pembangkit listrik hibrid tersebut menggunakan bensin pada saat di-starter dan setelah 2-3 menit, saluran bensin ditutup dan saluran biogas dibuka dan selanjutnya menggunakan 100% biogas sebagai bahan bakar. Generator listrik ini dilengkapi dengan konverter sehingga dapat menggunakan biogas sebagai bahan bakarnya. Teknik modifikasi yang dilakukan sangat kreatif sehingga sama sekali tidak merusak mesin. Jika tidak ada biogas maka genset tersebut masih bisa dioperasikan dengan bahan bakar bensin. Salah satu inovasi fundamental yang dilakukan adalah dual bahan bakar. Hal ini untuk mengatasi permasalahan kesulitan starter saat menyalakan mesin. Perbedaan titik nyala natara bensin dan biogas menjadikan penggunaan genset bensin dengan mengganti bahan bakarnya dengan biogas akan sangat sulit di starter.

3.6 Pertanian organik

Percontohan dilakukan di Dusun Bunmundrak, Desa Sukarare, Kec. Jonggat, Kab Lombok Tengah. Uji coba dilakukan di tanah milik Amaq. Senan seluas lebih kurang 30 are dengan menanam padi hibrida (varietasnya – maaf saya lupa). Komoditi yang ditanam untuk pertanian organik adalah padi. Teknik pertanian yang dilakukan adalah murni organik tanpa pestisida dan pupuk kimia sama sekali. Metode penanaman menggunakan metode SRI (system of rice intensification). Pertumbuhan pada menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan. Namun demikian secara kuantitatif sampai saat ini belum bisa dihitung produktifitas lahan karena pemanenan menurut perhitungan akan dilakukan pada minggu ke-2 bulan Maret 2009.
 

 

Kendala utama dari pelaksanaan padi SRI organik ini adalah rendahnya tingkat kepercayaan petani bahwa metode ini akan berhasil. Hal ini dikarenakan cara tanamnya yang sangat berbeda dengan metode konvensional. Misalnya ketidakyakinan petani bahwa dengan menanam satu benih saja akan mencukipi, bahwa kondisi pertumbuhan terbaik padi adalah pada tanah lembab bukan tanah yang tergenang dan lain-lain. Yang paling berat adalah melihat kehawatiran petani pemilik lahan ketika padi masih berumur kurang dari 21 hari. Pada saat itu peranakan vegetatif padi belum maksimal seolah-olah tdak beranak yang membuat petani was-was dan khawatir. Selain itu petani masih beranggapan bahwa pupuk kimia itu wajib digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan. Kendala terbesar adalah sulitnya meruntuhkan ketidakpercayaan petani terhadap motode penanaman SRI. Beberapa tahun yang lalu proyek percontohan SRI pemerintah gagal dan memberikan preseden negatif terhadap metode tersebut.Melalui sosialisasi dan pemahaman yang baik, akhirnya semua kekhawatiran tersebut bisa diredam dan rencana SRI-organik bisa diimplementasikan.

Melihat penunasan dan pertumbuhan terakhir, petani yang lahannya dijadikan tempat percontohan sangat optimistik hasil panen akan maksimal. Selain resistensi hama yang tinggi, jumlah anakan padi untuk setiap titik tanam juga lebih banyak dibandingkan dengan metode konvensional biasa. Selain itu, jika dilakukan perbandingan biaya, maka biaya pertanian SRI-Organik jauh lebih murah. Dengan menerapkan metode SRI-organik yang menggunakan kompos dari kotoran ternak maka biaya pupuk tidak diperlukan lagi. Metode penanaman SRI juga menunjukkan resistensi yang tinggi terhadap hama sehingga untuk pemeliharaan cukup dilakukan dengan pestisida hayati, dalam hal ini menggunakan extract buah pache dan biourin ternak. Jumlah bibit yang digunakan juga relatif sangat kecil, 4kg/hektar dengan pembibitan hanya dilakukan diatas nampan-nampan saja. Karena penanaman dilakukan dengan jarang (jarak tanam 35 cm), proses penyemaian menjadi mudah, apalagi menggunakan alat penyemaian khusus yaitu wider (lihat pada Gambar 8).
 
Melihat keberhasilan proyek percontohan ini pada akhirnya kita berharap apa yang dilakukan bisa diterima sebagai bentuk inovasi yang produktif dan memberikan nilai tambah kepada petani-peternak. Dengan demikian diharapkan petani lainnya bisa mencontoh dan saling belajar sehingga metode ini bisa tersosialisasi dan disebar-luaskan. Sudah banyak respon positif yang diterima panitia mengenai SRI-organik tersebut. Beberapa petani tetangga tertarikuntuk melakukannya di musim tanam tahun depan. Mereka juga akan belajar melakukan pengolahan kompos mandiri.

3.7 Sosialisasi, Presentasi SPT di Gubernur NTB dan Jajaran Rumpun Hijau
Sebenarnya presentasi mengenai SPT tidak pernah direncanakan sebelumnya. Panitia iseng-iseng saja mengirim SMS ke nomor pribadi Bapak Gubernur dan tidak disangka-sangka memberikan respon yang sangat positif. Panitia diminta melakukan presentasi didepan seluruh jajaran rumpun hijau yang meliputi seluruh kepala dinas terkait program unggulan “Bumi sejuta Sapi”. Presentasi ini diharapkan sebagai ajang sosialisasi dan sharing informasi sehingga jika memungkinkan diadopsi sebagai program pemerintah.

Namun demikian pada saat yang ditentukan Bapak Gubernur tidak bisa hadir karena sakit sehingga diwakili oleh Asisten 2, Bpk. Muhammad Nur. Respon yang diberikan cukup beragam dan akan sangat panjang untuk dideskripsikan. Yang jelas tidak ada konfirmasi hingga laporan ini dibuat sebagai untuk menindak lanjuti kegiatan tersebut.
Program sosilisasi yang efektif sebenarnya terjadi dengan serta merta. Misalnya kunjungan dari penyuluh lapangan ACIAR, kunjungan kepala dinas dan pegawai dinas pertanian dan peternakan kabupaten lombok tengah. Dan sosialisasi terbaik tentu saja diharapkan berlangsung secara alamiah di lingkungan masyarakat. Diharapkan pewacanaan, diskusi, dan pembicaraan tersebut secara konvergen dapat meyakinkan masyarakat bahwa SPT merupakan salah satu alternatif menjajikan untuk meningkatkan kesejahteraan petani-peternak sehingga tergerak untuk mencobanya.
Sosialisasi lainnya yang dilakukan adalah  dengan membuat artikel mengenai SPT yang rencananya akan dimuat dimedia massa lokal. Dengan demikian bisa tersosialisasi secara luas keseluruh lapisan masyarakat. Selain itu juga pada bulan Maret direncanakan untuk mengundang wartawan media cetak sehingga bisa dimuat sebagai berita di berbagai media cetak baik lokal maupun nasional. Dengan demikian diharapkan informasi ini bisa disebarkan seluas-luasnya.

4. Anggaran Biaya
Kebanyakan biaya yang digunakan dalam kegiatan ini tidak terhitung. Keterlibatan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam p
elaksanaan kegiatan dilakukan dengan suka-rela. Anggaran real yang dikeluarkan adalah untuk membeli material untuk instalasi biodigester seperti di rincikan pada Tabel 1. Jumlah dana real yang dikeluarkan untuk pembelian bahan dan material adalah Rp. 5.500.000,-. Dari dana tersebut Rp.2.000.000,- digunakan untuk instalasi biodigester dan sisanya untuk pembelian dan modifikasi generator listrik 1000 watt dan pembuatan pemurnian biogas.

5. Penutup dan Kesimpulan

Kami berkeyakinan bahwa implementasi dari SPT sebagai transfer teknologi tepat guna merupakan salah satu strategi jitu untuk meningkatkan kesejahteraan petani-peternak. Selain   potensi peternakan NTB yang sangat melimpah, potensi ekonomi yang ditawarkan juga sangat menjanjikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Seluruh teknologi yang diperlukan telah dikuasai oleh putra daerah dengan material konstruksi tersedia lokal menjadikan program ini sangat visible untuk diimplementasikan oleh masyarakat Nusa Tenggara Barat.

 
Potensi Pengembangan Lanjutan:
Rekomendasi untuk program selanjutnya

Untuk mengefesiensikan proses dananggaran diperlukan strategi implementasi yang sesuai. Salah satu rekomendasinya adalah dengan membentuk kelompok tani ternak kecil beranggotakan 5 kepala keluarga. Instalasi biodigester skala besar lebih sulit dilakukan dengan rentang waktu konstruksi yang relatif lebih lama. Selain itu biaya instalasi menjadi melonjak tinggi akibat pemilihan material konstruksi menggunakan beton atau fiberglass. Penanganan kelompok tani-ternak juga mudah karena anggotanya kecil yang bisa jadi memiliki hubungan kekeluargaan. Perhitungan neraca massa-energi dirangkum pada Tabel 2.

Berdasarkan perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa jika masing-masing kepala keluarga memiliki 3 ekor sapi , maka mampu menyediakan listrik sebesar 210 watt selama 8,3 jam setiap hari (asumsi malam hari saja). Selain itu, biogas yang dihasilkan juga mampu memenuhi kebutuhan untuk memasak masing-masing keluarga selama 5 jam setiap hari. Pupuk kompos yang dihasilkan dapat digunakan untuk pupuk pertanian untuk areal 4,3 hektar lahan, dengan asumsi jumlah pupuk organik yang diperlukan sebanyak 10 ton per hektar per tahun.

Proyeksi analisis ekonomi dari SPT sesuai dengan perhiungan diatas dapat dilihat pada Tabel 3. Pada perhitungan ini, dilakukan dua perhitungan, konstruksi/instalasi dilaksanakan secara swadaya melalui pendampingan dilakukan dengan menyerahkan seluruh pengerjaan kepada pihak ketiga tanpa melibatkan tenaga swadaya masyarakat.


 
Catatan: Estimasi harga diatas merupakan perhitungan kasar tanpa survey biaya mendetail.

Potensi ekonomi yang dihasilkan dapat diperhitungkan dari harga yang disubsidi oleh biogas untuk menggantikan minyak tanah untuk memasak dan listrik untuk penerangan dihitung dengan basis ekivalen minyak tanah  yaitu Rp.18.900 per hari (Asusmsi harga minyak tanah bersubsidi Rp. 2.250/liter). Selain itu keuntungan ekonomi juga diperhitungkan dari besarnya dana untuk menggantikan penggunaan pupuk organik dan kimia oleh pupuk kompos keluaran biodigester yaitu RP.42.000 per hari (asumsi harga pupuk organik Rp.350 per kg). Jika diperhitungkan dari potensi keuntungan berdasarkan dua komponen itu saja maka break even point (BEP) dari pembangunan instalasi ini adalah 121 hari untuk proses yang melibatkan swadaya dan 139 hari untuk proses yang tidak melibatkan swadaya masyarakat. Basis harga perbandingan untuk perhitungan yang dilakukan ini dengan memperhitungkan adanya subsidi pemerintah terhadap minyak tanah dan listrik dan pupuk. Saat ini, pemerintah masih memberikan subsidi yang cukupbesar, sekitar 50-60 persen untuk listrik, minyak tanah dan pupuk. Jika diperhitungkan tanpa subsidi untuk listrik dan minyak tanah maka BEP untuk instalasi digester tersebut kurang dari dua bulan.

Wallahu A’lam

Leuven, 5 Maret 2009

SimpleWordPress

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here