Saat Ibu Menangis

Website Instan
Sore… itu telihat ibu menatap sekeliling halaman rumah, besandar di jendela memandang teras luar halaman rumah. Terlihat Tampak murung dan sayu tatapan matanya, dan bibir kering seolah tak pernah tersentuh air.Tak lama kemudian ia tak mampu memandang ke arah teras depan ruamahku, ia tundukan wajahnya tanpa ia sadari air matanya menetes membasahi wajah murung dan sayunya, bibirnya pun bergetar seoalah mengucapakan sesuatu dengan suara hati dalamnya. Lama kulihat ibu dalam tangis tersembunyinya, menatap keluar dan berkedip karena tetesan ait mata yang tak terbendung di kelopak mata. tanpa ayah tahu saat itu kenapa ibu mengis. aku pun Tak berani menghampiri ibu dalam suasana gundahnya, hingga akhirnya ku beranikan diri mengajak bicara dan memberikan hiburan dan ibu mau meceritakan isi hatinya saat itu. Bantinku pun berkata..
 “ya …. Rab betapa besar kasih sayang ibuku pada kami anak-anaknya.

Ternyata ibuku menangisi kakakku dalam rantauan negeri jiran, kini ku tahu kenapa ibu ku menangis ia tak mampu memandang teras rumah kami. Disaat sunyi datang dalam kelam dan rindu sang ibu. Di teras rumah tempat kami bermain, aku dan kakaku. Ingat masa kecil dan saat bersama main dengan kakakku sering kami berebutan mainan dan kadang bekelahi sehingga aku yang terkecil yang selalu mengalah dan mengis, Ibu sering melerai bahkan memahari kami, karena tidak terkendalinya kami dalam bermain, sehingga aku sering mengis dan mengadu kepada ibu atas perbuatan kakakku, ibu tidak pernah membedakan kasih sayangnya pada kami, ia adil tidak pernah menyalahkan dan membela jika kami perbuat salah aku dan kakaku yang sering sering bertengkar.
Panjang ku ingat kisah-kisah ini lagi, sehingga air mataku menetes untuk menulis setiap kata-kata tulisan ini. Kini ibuku sendiri bersandar dalam memandang jendela rumah kami,  tak ada aku yang melihatnya menangis lagi di saat kerinduannya datang, meneteskan air matanya. Tak ada kakaku yang biasa diajaknya bicara dan bercanda, tak ada bapaku yang menemaninya dalam kesendiriannya karena ia pergi jauh mengadap sang Kuasa.

Seolah tak ada cahanya kebagiaan dalam hari-harinya meghiasi wajah murungnya..
Tak mampu ku tahan hatiku melihat ibuku dalam kesendiriannya, ingin ku kembalikan masa-masa bahagiamu ibuku, ingin ku berikan yang terbaik untuk membahagiakanmu ingin ku membeli senyummu kembali bila ku mampu, ingin ku habiskan tetesan ait mataku untukmu bila ku mengingatmu


 

Kini akau jauh dengan ibuku yang tertinggal sediri di kampung halaman orang lain menutut ilmu, kakakku juga pergi merantau ke negeri orang untuk mencari masa depanya. Kini kami terpisah jauh dan tinggal ibu sendri dirumah dalam kesabaran rindu dan kasihnya pada keluarga ini.

Ya Rab
Izinkan aku tidak meneteskan air mata ini bila mengingat ini semua……
Kenpa aku mengis, kenapa hatiku berteriak tidak mampu menerima ini semua

Ya Rab…

Tabahklah hati ibuku dalam setiap rebahan malam kesendiriannya , tanpa ada suara dari orang-orang yang disayanginya. Setiap ku langkahkan kakiku menuju kampus sering ku lupa nasihatmu untuk berdoa keluar pintu kost, sering ku lupa disaat kau memberikan ku uang jajan tidak pernah ku menghubungi dan menelpon baik itu sms.

Kini aku rindu suaramu dan aku hatiku terasa sesak jika mengingatmu oh ayah…. Maafkan anakmu yang tidak bisa berbalas budi ini, maafkan anakmu yang tak sering mendokanmu dalam setiap shalatku. Aku sadar aku harus menyelesaikan segera studiku agar aku bias pulang menemani ibuku dan mengujungi rumah ayah yang abadi. Ya Allah jadikan hamba anak yang mampu bebalas budi pada kedua orang tuak kami, kami sadar suatu saat kami akan seperti mereka dan kami yakin rencanMU indah.. sehingga setiap tetesan air mata ini adalah karuniaMu untuk menikati indanya kasih sayang itu pada kami hamba ciptaanmu.

Yogyakarta 8 agustus 2008

cerita catatan anak . . .
buat ibunda yang tercinta dan ayah sang pahlawanKu

Catatan Ringan Al Muzammi (KS Regional Jokyakarta)

SimpleWordPress

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here